Budaya Sensor Mandiri dan Hate Speech

by - 7:32 AM



                Di era modern seperti ini, teknologi informasi semakin berkembang dengan sangat pesatnya. Era demi era teknologi informasi tentunya mengalami evolusi yang sangat menguntungkan bagi kita. Social Media, e-Mail, maupun ponsel pintar yang ada dalam genggaman kita masing-masing. Namun, berkembangnya teknologi informasi saat ini bagaikan dua bilah pisau. Dimana di situ ada sisi yang dapat melukai diri kita dan juga tidak melukai kita.
                Siapapun dapat menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Tak terkecuali itu anak yang masih di bawah umur, remaja, maupun dewasa. Mereka akan mengakses berita apapun itu agar tidak di sebutkan sebagai kaum kudet ( kurang update ).
                Salah satu contoh yang dapat kita ambil dari teknologi informasi yang dapat kita jumpai dimana saja yaitu, social media. Apa itu media social sebenarnya?
                “Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.”
                Di media sosial, masyarakat dapat dengan bebas melakukan apapun dalam sebuah ketikan dari ponsel pintar mereka maupun computer yang mereka miliki. Misalnya saja di Instagram, masyarakat dapat meng-upload foto mereka teseputar kegiatan yang sedang mereka lakukan sekarang ataupun tempo hari. Di Facebook, masyarakat dapat meng-update apa yang ada di pikiran mereka di kolom status. Sama seperti Facebook, di Twitter masyakarat dapat meng-update status di kolom tweet mereka yang hanya di batasi dengan 140 karakter saja.
                Namun, dari semua itu perlu kita ketahui bahwa tidak menutup kemungkinan hanya kesenangan yang dapat kita rasakan dalam berselancar di dunia maya. Misalnya, karena kesalahan kecil kita bias saja dapat mengundang hate speech.
Apa itu hate speech?
Hate yang berarti benci dan speech yang berarti ucapan. Bisa kita simpulkan bahwa hate speech adalah ucapan kebencian. Hate speech bisa dalam penghinaan dalam berbagai aspek, yaitu:
1.       Agama
2.       Ras
3.       Warna kulit
4.       Ketidaksempurnaan fidik
5.       Orientasi seksual
Hate speech dapat terjadi di sekitar pergaulan kita dalam dunia nyata. Bagaimana dengan dunia maya? Itu pun tidak menutup kemungkinan juga jika hate speech dapat terjadi dunia maya yang dapat terbilang cukup bebas atau bisa saja sangat bebas. Apalagi kita hanya berkomunikasi melewati tulisan yang kita ketik dalam keyboard kita,
Kasus hate speech banyak sekali terjadi di dunia maya. Rata-rata pelaku hate speech adalah remaja. Mengapa hal demikian dapat terjadi? Hal ini dapat terjadi karena minimnya pengawasan dari orang tua. Remaja bisa di katakan dalam masa-masa labilnya. Peran orang tua dalam pengawasan pada anak-anak mereka sangat mempengaruhi akan sikapnya. Selain itu, acara-acara dan film yang remaja tonton sangat berpengaruh bagi mereka juga. Peran Lemba Sensor Film tentu sangat berperan sekali dalam menyortir acara-acara yang dapat  merusak sikap remaja akibat acara-acara yang sama sekali tidak layak untuk di tonton bagi usia remaja.
Beberapa yang sudah saya sampaikan lewat tulisan di atas hanya singkat saja. Hate speech tidak memandang umur korbannya. Untuk itu kita berusaha untuk tidak menjadi korban hate speech atau lebih parahnya lagi menjadi pelaku dari hate speech. Berikut beberapa tips yang dapat saya beri untuk menghindari hate speech:
1.       Jangan mudah mengumbar amarah dan benci kepada orang di media social
2.       Jangan terlalu menyebar tulisan yang menyebar kebencian
3.       Jangan mudah mengumpat di media social
4.       Jangan terbiasa untuk berkata kasar atau mengumpat meskipun hanya bercanda

Inilah yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi para pembaca blog saya. Selamat ulang tahun yang ke-100 untuk Lembaga Sensor Mandiri. Marilah kita senantiasa budayakan sensor mandiri!


You May Also Like

1 comments

Disqus Shortname

Comments system